Tulis,
25 Januari 2013
Temaram ragamu berdiri di tiang
penyangga rumahku, dan hasratmu mengalunkan suara tegas akan kasih yang kau
jadikan sebagai cinderamata penantianku. Lembut tanganmu meraihku dengan
doa-doa yang selalu merapal pada sujudmu di setiap khusuk sholatmu, dan
sebaliknya aku mengamini agar kau menjadi imam yang mampu menghantarkan kaki ku
ke surgaNya. Semoga kita mendapati pengijabahan dariNya. Amin.
Semakin siaga menunggu perihal pertalian
kita yang masih dalam proses perestuan tanganNya, yang nampaknya akan
dipercepat. Aku duduk dengan penaku menuliskan segala kisah penantian akan
dirimu yang merengkuh jiwaku nantinya, tentunya sembari mempersiapkan kebaikkan
diri yang pada waktunya akan kusuguhkan padamu. Berbagai bait di tiap-tiap
syair mengaksarakan namamu yang masih remang disimpan waktu. Seakan nyata senyum
dari bibirmu saat mimpi menguraikan ragamu yang datang dengan lantunan lagu
yang mendayu. Kau berbisik dalam lelapku akan surga yang kelak jadi persinggahan
kita nantinya, dan kau nyenyakkan diriku dalam pulas malamku, kau mekarkan
kehangatan pada mimpi-mimpi yang mengalun dengan lagu mesra.
Malam jadi saksinya
Kita berdua diantara kata
Yang tak terucap
Berharap waktu membawa keberanian
Untuk datang membawa jawaban
Kita berdua diantara kata
Yang tak terucap
Berharap waktu membawa keberanian
Untuk datang membawa jawaban
♫ Payung Teduh - Berdua Saja ♫
Waktu akan
segera membawamu untuk menyudahi penantianku. Kutunggu kau dalam puasa penantian, semoga
kebaikkan menyertai diriku hingga saatnya kau datang untuk menghalalkan langkah kita. Amin.
Tertanda,
Diyah Ayu Saraswati