Haana Islamidina
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Tulis, 25 Januari 2013

            Temaram ragamu berdiri di tiang penyangga rumahku, dan hasratmu mengalunkan suara tegas akan kasih yang kau jadikan sebagai cinderamata penantianku. Lembut tanganmu meraihku dengan doa-doa yang selalu merapal pada sujudmu di setiap khusuk sholatmu, dan sebaliknya aku mengamini agar kau menjadi imam yang mampu menghantarkan kaki ku ke surgaNya. Semoga kita mendapati pengijabahan dariNya. Amin.
            Semakin siaga menunggu perihal pertalian kita yang masih dalam proses perestuan tanganNya, yang nampaknya akan dipercepat. Aku duduk dengan penaku menuliskan segala kisah penantian akan dirimu yang merengkuh jiwaku nantinya, tentunya sembari mempersiapkan kebaikkan diri yang pada waktunya akan kusuguhkan padamu. Berbagai bait di tiap-tiap syair mengaksarakan namamu yang masih remang disimpan waktu. Seakan nyata senyum dari bibirmu saat mimpi menguraikan ragamu yang datang dengan lantunan lagu yang mendayu. Kau berbisik dalam lelapku akan surga yang kelak jadi persinggahan kita nantinya, dan kau nyenyakkan diriku dalam pulas malamku, kau mekarkan kehangatan pada mimpi-mimpi yang mengalun dengan lagu mesra.

Malam jadi saksinya
Kita berdua diantara kata
Yang tak terucap
Berharap waktu membawa keberanian
Untuk datang membawa jawaban 

Payung Teduh - Berdua Saja

           Waktu akan segera membawamu untuk menyudahi penantianku. Kutunggu kau dalam puasa penantian, semoga kebaikkan menyertai diriku hingga saatnya kau datang untuk menghalalkan langkah kita. Amin.


Tertanda,



Diyah Ayu Saraswati