Diyah Ayu Saraswati, perempuan kelahiran Batang, 28 november 1991.
Masih meneruskan pendidikan di IKIP PGRI Semarang dengan program pendidikan
guru sekolah dasar (PGSD). Menyukai dunia sastra sejak duduk di bangku SMP dan
sekarang mulai mendalami dan aktif mengekspresikan karya di kompasiana.
Demikian diskripsi
singkat penulis, silakan klik link di bawah ini untuk mengenal kiprah
sang penulis :
Beberapa Puisi Karya
Diyah Ayu Saraswati :
Tema : Kenangan
POTRET LAMPAU
{ Diyah Ayu Saraswati -
Semarang, 18 Desember 2012 }
1/
Potret lampau,
Temaram hilang dikunyah waktu
Masamu hanya kenangan yang terdiam pada
ratapan kisah yang enggan menuai indah
Menatapmu berlama sama halnya menjejaki
aksara-aksara wajah sendu
2/
Potret lampau,
Masih kah kau berdetak?
Acap kali kulihat, gelebah jiwa mengulur
menjadi butiran tangis
Mencacapi hati dengan buaian sesal,
terimbau pada kekalahan cinta
3/
Potret lampau,
Secuil pun enggan terbesit mempensiunkanmu
Sebab, memori langkahmu terus menggrumuni
daya batin
Walau, nyana kau hanya kenangan dari
cucuran silam
4/
Potret lampau,
Mungkin kau warisan dari jejak yang enggan
kembali !
Serampuku dalam nafas yang semasih ;
“Biar ku kemas sampai waktu ku
berpulang”
Tema : Lembar Kehidupan Baru
SECANGKIR DOA . . .
{ Diyah Ayu Saraswati - Tulis,
29 Desember 2012 }
1/
secangkir doa pada penghujung desember,
menuju hari ke -30 dalam penghabisan tahun
langkah ini melantunkan doa yang berjejer
diantara sujud orang-orang yang mengalun
2/
secangkir doa beriringan dengan irama
hujan,
sedu segala kebaikan di jam-jam yang
mendoakan
pada jejak yang meriwayatkan
pada derai dengan segala pujian
3/
secangkir doa pada langkah yang mendewasa,
membalutkan estafet di usia-usia yang
menunggu
memudarkan masa samra
menguntai aksara tentang riwayat yang
membaru
4/
secangkir doa pada bait pelengkap,
membingkisi lilin dalam doa yang mengucap
merapal hingga kecap,
mengayap pengaminan yang acap
Tema : Peringatan di Dunia
PETUAH
{ Diyah Ayu Saraswati - Tulis,
5 Januari 2013 }
1/
Bagi mereka yang berlulur khilaf saat
lampau,
Langkah sumbang mengacapi perjalanan tanpa
penghujung
Luruh sebagai dosa.
Mungkin, sudah melengkat lengket lantaran
tiada fitrah yang mengucap
Bibir kecap berlumur dosa yang acap di
tanam pada masa perawan
Panen dosa di tuai jelang masa tua
Dimana, kubur memanggil ! dan langkah
perkasa tinggal cerita yang hangus oleh waktu.
2/
Siapa muda yang membaca
Berjagalah pada mulut yang acap lupa diri
Mungkin, khilaf suah singgah tanpa sadar.
Bergegaslah dengan ragamu. Ambil wudhu !
Sujudlah, sembari merapalkan tobat.
|