Haana Islamidina
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Semarang , 18 Januari 2013


Teruntuk teman sejawat,
Siratan puisimu teramat dalam melantunkan suara sedih tentang rasa cinta yang belum ranum. Semakin mencekik berlahan dan hanya bersemayam dihati tanpa bisa kau ungkap. Segala perihlah yang kau rasa apabila jiwamu lupa mengontrol segala tindakan yang acap menjerumuskanmu ke lubang penyesalan.
Istikharahlah dalam sujud yang menjadikan jalanmu lebih baik. Jika, dia yang kau puja-puji adalah jodoh dimasa nantimu maka Allah SWT dzat yang terampuh di alam ini akan memberitahumu melalui tenggan-tenggan mimpi yang merekah indah dalam lelapmu. Namun, kala kau dapat kepahitan dalam tandanya, maka lepaskanlah dengan ikhlas dan bergegaslah mengobati hatimu.
Rapalkanlah bait-bait doa dalam setiap sholat pada jam-jam yang mencatat segenap angan di sujudmu. Sebagai sahabat, raga ini terus melantunkan pengaminan pada setiap doamu. Semoga kebaikkan mengiringimu. Amin

Tertanda,




Diyah Ayu Saraswati
Haana Islamidina
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Semarang, 11 Januari 2013


Segalanya cepat berjalan hingga membawa raga ku ke masa ini, dimana kaki cukup kuat untuk melewati rintangan, gigih dan terbiasa dengan kehidupan yang semakin menipu. Bersyukur kepada ya Rabb. yang memberi nyawa dan menuntun ku menjadi wanita yang lebih kuat dari pada sebelumnya.
Kapan terang akan hadir dengan sinarnya yang mendamaikan raga ini? Masihkah perbaikan bisa dilakukan dirumah yang sudah terkotori oleh pendustaan? Adakah jalan yang terbaik, pengharapan bagi keselamatan nauangan penuduhan ku? Sampai kapan akan terus berjalan? Mungkinkah ini menjadi tamparan jika terungkap?
Pertanyaan yang bersiklus, menimbulkan gusar yang pekat menyiksa batin. Tertekan memandangi gambaran yang nyana, riwayat hidupku. Lekaslah berlalu dan perlihatkanlah nasib yang membaikkan takdirku. Jauhkanlah benalu yang mulai melilit perlahan di penuduhan ku ya Rabb. Amin.

Tertanda,




Diyah Ayu Saraswati
Haana Islamidina
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Semarang, 9 Januari 2013


Assalamualaikum,
Maaf  hanya bisa memberikan tulisan  tanpa menjabat atau pun memelukmu sahabat. Syukur alhamdulilah usiamu telah bertambah, semoga semakin baik di umur ke -21 ini. Barokah untuk semuanya, doa ku mengiringi langkahmu, dan mengucap yang terbaik untuk kebahagiaanmu.
Mungkin tidak terasa kau sudah mulai menjadi wanita dewasa, kau sudah mulai berdiri dengan pijakanmu, dan aku kagum padamu. Teruslah menjadi wanita yang baik, yang tegar, yang mampu mengayomi orang-orang disekitarmu. Sebagai sahabat aku sangat menyayangimu dan mendukung setiap langkahmu. Berjuanglah untuk hidupmu, raihlah apa yang menjadi capaian hidupmu, tetaplah bersujud pada yang kuasa dzat yang membawamu menjadi wanita seperti sekarang ini, bersyukurlah disetiap rezeki yang telah dilimpahkan-Nya.
Demikian yang bisa ku siratkan di secarik kertas yang mungkin bisu untukmu. Berharap dengan senyum kau membaca surat ini tepat di hari ke 10 bulan januari 2013, sekali lagi barokah untuk usiamu ini.
Wassalamualaikum.

 Tertanda,




Diyah Ayu Saraswati
Haana Islamidina
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Alhamdulilah, puisi kedua yang saya terbitkan di kompasiana mendapatkan respon positif dari teman-teman kompasiana sama seperti puisi pertama.

Tema : Peringatan di Dunia

Petuah

(Tulis, 5 Januari 2013)



FIKSI | 05 January 2013 | 12:05
[1]
Bagi mereka yang berlulur khilaf saat lampau,
Langkah sumbang mengacapi perjalanan tanpa penghujung
Luruh sebagai dosa.
Mungkin, sudah melekat lengket lantaran tiada fitrah yang mengucap
Bibir kecap berlumur dosa yang acap di tanam pada masa perawan
Panen dosa di tuai jelang masa tua
Dimana, kubur memanggil ! dan langkah perkasa tinggal cerita yang hangus oleh waktu.
[2]
Siapa muda yang membaca ?
Berjagalah pada mulut yang acap lupa diri
Mungkin, khilaf suah singgah tanpa sadar.
Bergegaslah dengan ragamu. Ambil wudhu !
Sujudlah, sembari merapalkan tobat.


Siapa yang menilai tulisan ini? 5

KOMENTAR BERDASARKAN : 

5 January 2013 12:39:36
kereenn!! syarat akan makna puisinya.. semangat berkarya, ya!!

5 January 2013 14:04:50
Insya Allah..

5 January 2013 16:53:42
oke mbak bro! salam kenal

5 January 2013 20:23:54
wah, insfiratif
*Mampir juga ya ke lumbung aksaraku.

6 January 2013 08:47:49
Sangat tegas sekali diujung akhir puisinya. Lanjutkan berkarya

6 January 2013 14:10:46
bagus (y)

6 January 2013 21:10:41
ditunggu tulisan terbarunya
Haana Islamidina
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Tulis, 4 Januari 2013


Hujan dengan derainya yang turun ke bumi adalah berkah dari yang kuasa, seperti halnya kalian yang hadir di hidupku, mengisi kisah di dalam buku riwayatku.
Takdir berjalan dengan baik karena mempertemukan raga ini dengan kalian, Ari Rohayati, Wiwik Agustin, Tri Dewi Purwanti, Asty Rakhmarani, Miftahul Hidayah, Ayu Jayanti, dan Rohmatul Ummaiyah.
Masih ingatkah awal bertemu dengan ku?
Mulanya, diantara kalian ada yang menolak kehadiran ku, tentunya aku tahu.
Mungkin kalian tidak menduganya, aku benar-benar mendekati kalian waktu itu. Mengikuti segala kegiatan yang kalian ikuti, menjalani dengan niat yang terselubung. Namun, niat yang baik yakni mendekat untuk mengenal dan menjalin pengakraban. Tanpa sangka tindakan yang kulakukan menjadi penuntun menemui takdir yang tidak lain adalah persahabatan kita.
Waktu pun berjalan terlalu cepat sampai akhirnya kita benar-benar menjadi lebih dari sahabat. Aku kira begitu, banyak sekali rintangan yang kita lalui. Kerap kali, salah-satu diantara kita di dera masalah dan di saat itu peran kita masih menjadi sahabat. Tidak pernah terpercik untuk meninggalkan satu-sama lain saat kesusahan singgah, persahabatan kita mengajarkan kasih tanpa pamrih, ada bukan hanya di saat riang.
Ya, kita selalu peduli satu sama lain. Rapat kecil yang acap kita lakukan adalah tanda bahwa kita selayaknya saudara yang berusaha mencari solusi bersama secara mufakat.
Itulah moment paling manis untuk ku, segalanya kita lakukan bersama.
Ya, persahabatan kita merekah menjadi hal positif memberikan makna bagi hidupku. Syukur alhamdulilah Allah menggariskan ku untuk dekat dengan kalian, untuk merasakan kasih dari ketulusan persahabatan.
Sepertinya waktu sengaja menggandeng kita untuk menjadi saudara. Cara kita bertemu adalah takdir yang indah, semoga silaturahim terus berjalan. Sujud syukur kepada yang kuasa atas hadirnya kalian.
Terimakasih ya Rabb. Alhamdulillahirabbil 'alamin.

Tertanda,




Diyah Ayu Saraswati